Rabu, 11 November 2009

KALAU AKU BERMAKSIAT....


Mengerjakan larangan Allah dan meninggalkan perintah Allah adalah kemaksiatan. Manusia disuruh Allah untuk taat kepada Allah baik rela maupun terpaksa. Semua harus tunduk kepada aturan Allah. Allah berbuat sekehendak-Nya dan Ia tak peduli. Kita sebagai seorang hamba (budak) harus mengikuti keinginan-Nya. Siapalah kita, berani melawan Sang Penggenggam Langit dan Bumi, Maha Pencipta, Maha Berkuasa atas segala sesuatu dan Maha Agung. Tidak ada kelebihan kecuali kelebihan itu adalah sedikit pemberian Allah kepada kita. Kadangpun kita tidak mengetahui adanya kelebihan itu. Selain kelebihan, kita juga diberi kelemahan yang menandakan kita tidak berdaya kecuali karena lindungan-Nya. Maka sudah sepantasnyalah kita tidak bermaksiat kepada-Nya.

Namun selain Allah mengilhamkan kepada manusia sifat taqwa, Allah juga mengilhamkan kepada manusia sifat fujur (kecendrungan untuk bermaksiat) (QS 91:8), untuk melihat kesungguhan hamba untuk menjadi yang terbaik dihadapan Allah (QS 67:2). Jadi semua kejahatan yang terjadi dibumi Allah ini adalah setelah peperangan antara sifat takwa dan sifat fujur. Jikalau sifat taqwanya menang maka, manusia akan berbuat kebaikan. Sebaliknya, jikalau sifat fujurnya menang maka, manusia akan bermaksiat kepada Tuhannya, bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus (QS 75:5).

Allah memberi ganjaran setiap amalan walau sebesar atom (QS 99:7-8). Jika taqwa, diberikan kebaikan (pahala) dan jika bermaksiat akan dihukumi dosa. Kebaikan yang lebih berat dari dosa akan dimasukkan kedalam surga, sebaliknya jika dosa lebih berat dari kebaikan maka akan dimasukkan kedalam neraka.

Ilmu ini, semua orang juga sudah tau, tapi tetap masih banyak orang bermaksiat pada Tuhannya. Kenapa...? Kita bilang, "pasti faktor hidayah". Benar..! Tapi, pembahasan ini diluar konteks hidayah.

Semua manusia itu bersifat pamrih, selalu mengharapkan balasan jika melakukan sesuatu. Segala yang dikerjakan harus mendapatkan manfaat untuk dirinya. Dan biasanya, manusia mengharap balasan itu secara langsung. Kalau nanti diakhirat, eh...nanti-nanti dulu lah, atau belum siaplah. Kebanyakan menunda-nunda.

Padahal kalau aku bermaksiat....maka....aku akan merugi secara langsung seperti :
- Allah akan menghalangi rezekiku
Sebuah kisah, Ada seseorang yang mengikuti tes menjadi karyawan disuatu perusahaan. Ia sangat yakin dan mantap melangkah. Tahap demi tahap ia lalui dengan kemudahan-kemudahan. Ia sangat yakin bahwa itu adalah pertolongan Allah. Setiap kesulitan, Allah membantunya dengan cara yang tidak disangka-sangkanya. Hingga disuatu ketika, ia tidak bersabar dengan fasilitas yang Allah berikan hingga ia bermaksiat pada Tuhannya. Setelah ia bermaksiat tersebut, semangatnya melemah, tubuh bergetar, penyesalan menghantui perasaannya. Tapi sudah terjadi. Tahap penyeleksian karyawan selanjutnya adalah wawancara. Ketika diwawancara, dia mulai merasa efek dari kemaksiatan yang telah dilakukannya tadi. Dia gemetar (nerveus/grogi), fikiran menjadi buntu untuk menjawab pertanyaan yang mewawancarai dan mulut terbata-bata/gagap dalam menjawab pertanyaan pada saat wawancara. Hingga diputuskan bahwa ia gagal dalam tes penyeleksian tersebut. Pertolongan Allah tidak ia dapatkan lagi sehingga ia tidak mendapatkan pekerjaan yang dapat menambah penghasilannya (rezeki).

- Waktuku banyak terbuang
Ketika disibukkan dengan kemaksiatan, maka orang akan dilalaikan dari kebaikan. Ada sebuah ungkapan "Kebaikan akan mengajak kebaikan-kebaikan yang lain untuk dilaksanakan, Keburukan akan mengajak keburukan-keburukan yang lain untuk dikerjakan".

- Istri dan anak-anak yang tidak patuh kepada suami/ayah
Ada seorang ulama mengatakan,"Ketika aku bermaksiat, aku dapati istriku (mungkin : hewan tunggangan) tidak menaatiku.

- Merasa asing dengan kelompok orang sholih
Kemaksiatan membuat diri merasa minder untuk bergabung dengan orang sholih, mungkin karena aura(nur) yang saling tolak menolak.

- Tidak bisa menjadi suri teladan yang baik
Kemaksiatan akan menghilangkan wibawa seseorang. Kalaupun ada yang segan, itu karena unsur kepentingan atau takut.

Mudah-mudahan dengan paparan efek langsung maksiat diatas dapat memberi sugesti pada kita untuk mengharamkan kemaksiatan untuk diri kita. Amin ya Robb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih atas komentarnya